Kerasnya hati akan mengakibatkan kefasikan dan keluar dari ketaatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ
Artinya:
“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.”
(Surat Al-Hadid, Ayat 16)
Sesungguhnya hati manusia itu cepat berbolak-balik dan sering lupa, namun di dalamnya terdapat cahaya fitrah. Apabila terlalu lama tanpa adnya peringatan, maka hati itu akan menjadi bodoh, mengeras dan menjadi sangat gelap. Sehingga hati tersebut harus diberi peringatan sampai dia ingat dan menjadi khusuk, harus diobati dengan berbagai macam cara sampai dia sembuh dan menjadi lembut, dan harus disadarkan terus-menerus agar tidak ditimpa kebodohan dan kekerasan.
Tidak ada keburukan pada hati yang padam, mati, keras dan bodoh. Karena sesungguhnya kehidupan dapat kembali mengalir di dalamnya, cahaya dapat kembali meneranginya dan dia dapat kembali khusuk, dikarenakan berdzikir kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mampu menghdipkan bumi setelah ‘kematiannya’, sehingga bumi itupun menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dan bunga, mengeluarkan biji-bijian dan buah-buahan, dan bumi itu menjadi hijau subur setelah kegersangannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
…..وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ هَامِدَةٗ فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ وَأَنۢبَتَتۡ مِن كُلِّ زَوۡجِۭ بَهِيجٖ
Artinya:
“…..Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah.”
(Surat Al-Hajj, Ayat 5)
Demikian juga ketika Allah menghendaki hidupnya hati. Di dalam Al-Qur’an terkandung perkara yang dapat menghidupkan hati dengan keimanan sebagaimana bumi itu dapat hidup dengan air.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يُحۡيِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَاۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ
Artinya:
“Ketahuilah bahwa Allah yang menghidupkan bumi setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti”
(Surat Al-Hadid, Ayat 17)
Dzat yang mampu menghidupkan tanah setelah kematiannya, pasti mampu menghidupkan orang-orang yang mati, lalu memberi ganjaran sesuai dengan amal-amal perbuatan mereka. Dzat yang manghidupkan tanah setelah kematiannya dengan air hujan, pasi mampu untuk menghidupkan hati dengan kebenaran yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya.
Akan tetapi, kapan ‘hati-hati’ itu akan lembut dan khusuk lantaran berdzikir kepada Allah, yaitu dengan membaca Al-Qur’an? Kapankah dia akan tunduk patuh terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya? Kapankah hati itu dapt khusuk terhadap Rabbnya dan terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diturunkan-Nya? Kapankah kita dapat meningkatkan ucapan, dari “Sami’naa wa ‘ashainaa” menjadi “Sami’naa wa atha’naa”? kapankah kita mengutamakan perinta-perintah Allah daripada keinginan-keinginan hawa nafsu? Kapankah kita mengutamakan kehidupan yang mulia daripada syahwat-syahwat yang fana?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
Artinya:
“Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(Surat An-Nur, Ayat 51)
Ketahuilah betapa ‘hati-hati’ itu sangat membutuhkan peringatan yang Allah turunkan (Al-Qur’an dan As-Sunnah), dan diberikan nasehat dengan hikmah dan mau’izhah pada setiap waktu, agar dia tidak lalai, keras dan membeku.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
……فَذَكِّرۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ
Artinya:
“….. Maka berilah peringatan dengan Al-Qur’an kepada siapa pun yang takut kepada ancaman-Ku.”
(Surat Qaf, Ayat 45)
===================
Disadur dari terjemahan kitab Al-Kholaashoh fii Fiqhil-Quluub