Belilah rumah akhirat yang hakiki. Rumah di dunia dengan berbagai bekakasnya yang indah tidak akan bertahan lama dan akan fana.
Lupakan Kenikmatan Dunia Yang Fana
Masihkan terbesit di benak kita cinta mati terhadap dunia, sehingga ikut bersaing bersama para pecinta dunia yang telah menghabiskan seluruh pikiran, waktu dan tenaganya buat mendesain rumahnya? Lupakah kita bahwa impian-impian kita adalah kampung akhirat yang abadi. Dan segala yang di sisi Allah Ta’ala adalah kekal dan disisi manusia adalah fana dan sementara.
Semegah apapun rumah yang dibangunnya, seindah manapun lokasinya, sehebat apapun desainnya, dan selengkap apapun fasilitasnya. Tidak lain hanya sebatas rumah kontrakan yang harus ditinggal pergi oleh penghuninya. Saat ajal datang menjemput, atau saat bencana datang mengancam.
Berbeda dengan Rumah di taman-taman surga yang hijau bercahaya. Rumah yang tidak akan pernah usang dan rusak ataupun hancur oleh musibah dan bencana. Rumah yang tidak terjangkau harganya oleh miliader manapun di dunia ini. Dan rumah yang tidak akan pernah ditinggal pergi oleh penghuninya untuk waktu yang tidak terbatas.
Bukankah para sahabat pernah menanyakannya kepada Nabi Muhammad Saw
لَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ، مِلاطُهَا الْمِسْكُ الأَذْفَر، وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ، وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ، مَنْ يَدْخُلْهَا يَنْعَمُ وَلا يَبْؤُسُ، وَيَخْلُدُ وَلا يَمُوتُ، لا تَبْلَى ثِيَابُهُ، وَلا يَفْنَى شَبَابُهُ
“Surga itu seperti apakah bangunannya?” Beliau menjawab, “Batu bata yang terbuat dari perak, dan batu bata yang terbuat dari emas. Perekatnya (semennya) adalah minyak kasturi yang terbaik. Kerikilnya adalah permata dan berlian. Dan pasirnya adalah za’faran yang wangi. Siapa yang masuk ke dalamnya, dia akan merasa segar dan tidak merasakan kering. Kekal didalamnya dan tidak akan mati. Pakaian (perkakas) mereka tidak akan usang. Dan masa muda mereka tidak akan pernah pudar.” (HR. At-Tirmidzi, dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami ash-Shaghir, hadits no. 3116).
Lantas, bagaimana caranya agar rumah yang digambarkan dalam hadits di atas bisa kita miliki?
Rutin Shalat Sunnah 12 Rakaat
Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan :
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 raka’at dalam sehari semalam, akan dibangunkan untuknya rumah di dalam surga.”
Dan dalam hadits lainnya :
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا، غَيْرَ فَرِيضَةٍ، إِلاَّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ، أَوْ إِلاَّ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang Muslim yang melakukan shalat setiap harinya 12 raka’at yang sunnah dan bukan wajib, melainkan Allah bangunkan untuknya rumah di surga. Atau, melainkan akan dibangunkan untuknya rumah di dalam surga.”
Lihatlah para perawi di atas, apakah yang diucapkannya setelah mendengar hadits di atas?
Ummu Habibah (istri Rasulullah) mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkannya (shalat sunnah 12 raka’at sehari semalam) setelah aku mendengarnya dari Rasulullah SAW.”
‘Amru ibnu Aus berkata, “Aku tidak pernah meninggalkannya setelah aku mendengar hadits ini dari ‘Anbasah.”
Adapun 12 raka’at yang dimaksud, telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw. Pertama adalah lewat jalur istri beliau yang bernama Ummu Habibah.
مَنْ صَلَّى فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ : أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمغرب، وَرَكْعَتَيْنِ بعد الْعشَاء، وَرَكْعَتَيْنِ قبل صَلاَة الْفَجْرِ.
“Barangsiapa dalam sehari semalam shalat 12 raka’at, maka akan dibangunkan rumah di surga untuknya. Yaitu 4 rakaat sebelum shalat zuhur, 2 rakaat sesudah shalat zuhur, 2 rakaat sesudah shalat maghrib, 2 rakaat sesudah shalat isya’, dan 2 rakaat sebelum shalat subuh.” (Riwayat At-Tirmidzi; dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Misykât al-Mashâbih, 1159).
Setelah membaca hadits-hadits kita mungkin bertanya; apakah pahala ini hanya didapat orang yang rutin mengerjakan shalat sunnah rawatib atau tidak?
Apakah Harus Rutin
Para ulama memang tidak bisa memastikan jawabannya. Bahkan mereka berbeda pendapat dalam masalah ini dengan mengacu kepada zahir hadits.
Pertama, pahala ini akan didapat orang yang mengerjakan shalat sunnah rawatib walau tidak rutin. Dengan satu kali shalat rawatib 12 rekaat akan dibangunkan 1 rumah. Jika rutin mengerjakan, akan dibangun rumah sejumlah shalat yang ia kerjakan.
Kedua, harus rutin mengerjakan 12 rakaat shalat sunnah untuk meraih keutamaan tersebut. Ulama yang berpendapat seperti ini mengacu kepada hadits yang diriwayatkan oleh ibunda Aisyah di atas. Pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Bin Baz yang terangkum dalam kitab Fatawa Nur Aladdarb.
Saudaraku, marilah kita berlomba menanam investasi akhirat. Tidak membutuhkan biaya dan menyita pikiran ataupun tenaga yang banyak. Rumah yang asri, kekal dan abadi di taman-taman hijau yang bercahaya indah seluas langit dan bumi. Dan semoga kita diberikan istiqamah dalam menjalankannya. Amin. Wallahu Ta’ala ‘Alam (Majalah An-Najah edisi 129, hal 50, 51)